IKLAN

readbud - get paid to read and rate articles

Rabu, 18 Januari 2012

Mengatasi Rasa Takut Kehilangan Uang


Perbedaan utama antara orang kaya dengan orang miskin adalah cara mereka mengatasi rasa takut kehilangan uang.
(Robert T. Kiyosaki)

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang senang akan kehilangan uang, namun juga tidak ada orang kaya yang tidak pernah kehilangan uang. Sebaliknya banyak orang miskin yang tidak pernah kehilangan serupiah pun karena sebenarnya mereka tidak pernah berinvestasi atau berbisnis sama sekali.

Ketakutan akan kehilangan uang memang seringkali dialami setiap orang. Setiap orang mempunyai rasa takut, bahkan orang kaya pun takut. Bedanya, karena ketakutan tadi, orang miskin berhenti bertindak. Orang kaya, karena ketakutan tadi mereka akan berhati-hati tetapi tetap bertindak.

Solusi mengatasi rasa takut kehilangan uang menurut Robert Kiyosaki adalah jika kamu membenci risiko dan karenanya merasa cemas….mulailah dari sekarang:

Jika anda mulai saat muda, mudahlah untuk menjadi sangat kaya. Dikatakan oleh Albert Einstein bahwa salah satu keajaiban dunia adalah bunga-berbunga. Pembelian Pulau Manhattan dikatakan menjadi salah satu transaksi terbesar sepanjang masa. New York dibeli seharga 24 dollar dengan perhiasan dan manik-manik. Namun, jika 24 dollar itu diinvestasikan, dengan bunga 8% per tahun, 24 dollar itu akan bernilai lebih dari 28 trilyun dollar pada tahun 1995.

Menurut saya, bagaimana kita bisa menjadi berani melangkah dengan kemungkinan berhasil yang lebih tinggi adalah :

1. Memahami perbedaan "risiko" dengan "berisiko".
2. Dengan mengajukan pertanyaan yang benar.

Bila kita mengajukan pertanyaan yang salah seperti ini :

- “Nanti jangan-jangan bangkrut?”
- “Kalau rugi bagaimana?”
- “Kalo gagal bagaimana?”

Pertanyaan ini tidak adil, kenapa? Karena semua mungkin bangkrut, mungkin gagal, mungkin rugi. Dengan pertanyaan seperti ini orang akan takut.

Pertanyaan yang benar :

- “Ruginya apa bila saya tidak bertindak sekarang?”
- “Untungnya apa bila saya bertindak sekarang?”

Karena otak kita hanya mencari nikmat atau menghindari sengsara. Maka dengan pertanyaan seperti itu otak kita jadi tahu kenikmatan apa jika kita berani bertindak dan kesengsaraan apa jika kita tidak bertindak.

Tapi kita tidak boleh naïf hanya berani saja dan asal bertindak sedemikian sehingga kemungkinan bangkrutnya besar. Untuk membantu memperbesar kemungkinan berhasilnya kita harus membuat pertanyaan sebagai berikut :

- “Siapa yang sudah berhasil dibidang yang kita inginkan?”
- “Bagaimana saya bisa bekerja/magang untuk belajar kepada yang bersangkutan?”
- “Kapan saya akan belajar?”
- “Apa yang harus saya pelajari atau saya ketahui atau harus bekerja sama kepada siapa untuk memperbesar kemungkinan berhasilnya?